Kamis, 20 November 2014

KUTU KEBUL


Kutu kebul tumbuh subur di seluruh dunia terutama di kawasan iklim subtropis dan tropis, seperti Indonesia.
Sedangkan populasi di kawasan iklim sedang tidak terlalu besar. Lingkungan dengan suhu dingin bahkan sering menyebabkan kematian larva dan lalat dewasa.

Tanaman yang dipengaruhi oleh kutu kebul sangat beragam, mencakup tanaman sayuran seperti: tomat, labu, mentimun,
terong, okra, buncis dan kacang-kacangan,
brokoli, kembang kol, kubis, melon, kapas, wortel, ubi jalar, dan sayuran lainnya.
Bahkan banyak dari jenis tanaman buah seperti mangga, rambutan, anggur, jeruk, dll., tak luput dari serangannya.
Gejala serangan :
Kutu kebul / kutu putih serangannya hampir mirip dengan serangan tungau, akibat cairan daun yang dihisapnya, menyebabkan daun menjadi melengkung ke atas, keriting ( kadang memelintir ke samping ), dan belang-belang. Daun seringkali menjadi layu,
menguning, dan akhirnya rontok. Berbeda dengan tungau, kutu kebul / kutu putih memiliki kemampuan berkembang biak
sangat cepat, karena selain dapat
memperbanyak diri dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan.

Secara umum, serangan kutu kebul atau kutu putih menimbulkan sejumlah dampak
berikut pada tanaman:
Daun melengkung ke atas, keriput, atau memelintir
Daun berbintik-bintik
Daun menguning, layu, dan rontok
Pertumbuhan terhambat, tanaman menjadi kerdil
Tunas dan percabangan tidak
berkembang
Tanaman gagal berbunga, sehingga produktivitas/hasil panen sangat rendah
Selain itu Kutu Kebul/ Kutu Putih
menyebabkan dampak ekologis di
antaranya :
Kutu kebul/ kutu putih mencuri makanan dari tanaman dengan cara menusuk floem atau permukaan daun bawah
dengan mulut dan menghisap nutrisi di dalamnya.Lalat putih juga menghasilkan sekresi/zat lengket yang disebut embun
jelaga (honeydew) atau embun madu yang tertinggal pada tanaman, sehingga menutupi permukaan daun bagian bawah. Embun ini dapat menyebabkan
pertumbuhan Jamur jelaga yang akhirnya akan mengurangi kemampuan tanaman untuk menyerap cahaya. Sehingga pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat. Hal ini juga mensyaratkan bahwa tanaman dan hasil panen perlu dicuci untuk menghilangkan embun tersebut.

Kutu kebul seringkali berperan sebagai pengantar virus pembawa penyakit, seperti virus mosaic kuning / virus gemini / virus kuning yang menular dan merusak tanaman terutama daun
tanaman.

Cara pengendaliannya :
Ada beberapa kiat ( secara perilaku) yang membantu mengurangi intensitas serangan
Kutu kebul / kutu putih di antaranya :
Periksa daun tanaman Anda secara teratur, untuk memastikan tanda-tanda kutu daun. Carilah kelompok kutu yang bergerombol di balik daun, terutama pada
pucuk dan daun muda, serta pada daun yang terlihat menggulung dan keriput.
Jika populasinya masih sedikit, tindes saja kutu daun dengan tangan (gunakan sarung tangan).
Ada beberapa jenis serangga yang bisa kita manfaatkan untuk memangsa Kutu kebul / kutu putih , seperti kepik dan lain
sebagainya.
Jaga lahan Anda bersih, bersihkan gulma secara rutin, gunting daun-daun dan ranting-ranting ranting cabai Anda yang terlalu rimbun atau rusak.
Metode pengasapan di sore hari dengan cara membuat asap di sekitar tanaman.
Gunakan mulsa perak untuk menutup bedengan Anda. Diketahui bahwa plastik mulsa perak dapat menekan populasi hama kutu kebul/ kutu putih selama bulan-bulan pertama.
Karena perilaku kutu kebul / kutu putih yang terus menerus menghisap cairan nutrisi pada tanaman, maka cukup realistis jika kita “mengganti” nutrisi tersebut dengan menyuplai tanaman dengan pemupukan berbahan organik seperti SUPER NASA, POC NASA< HORMONIK dan POWER NUTRITION secara intens.
Pemberian pupuk kandang + Natural GLIO yang sudah di fermentasi lebih kurang 2 minggu di saat awal tanam.
Penyemprotan pestisida organik NASA yang berupa PESTONA + BVR + PENTANA +
GLIO +AERO-810 secara rutinnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar